Sangkurat, Rompi Kebesaran Suku Dayak Ngaju
Sangkurat bagi suku Dayak Ngaju lebih dari sekadar penutup badan. Ia adalah simbol dari kekayaan budaya, pelestarian adat yang mesti dipertahankan, juga simbol kehormatan diri sekaligus menghormati orang yang didatangi. Sangkurat juga sebagai simbol melawan kebatilan. Itu sebabnya dulu jika berperang, pakaian ini akan dikenakan. Sangkurat memiliki makna yang tak sederhana bagi orang Dayak Ngaju.
Sangkurat merupakan pakaian yang berbentuk rompi, terbuat dari kulit nyamu atau kulit daun lemba. Lemba atau yang dikenal dengan nama pohon pinang puyuh merupakan sejenis tanaman yang tumbuh secara berumpun. Tanaman ini biasa ditemukan di daerah lembab yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Secara etimologi Sangkurat berasal dari kata Sangka yang berarti pembatas atau penyangga
Daun lemba berbentuk bujur dan berwarna hijau, daun tanaman ini sangat keras dan kuat. Daun lemba yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan rompi adalah daun yang sudah berukuran panjang sekitar 50-60 cm dan lebar 15-17 cm. Daun Lemba mempunyai banyak serat dipermukaannya, tak salah jika Sangkurat bisa bertahan hingga puluhan tahun.
Daun Lemba yang sudah dirajut menjadi rompi kemudian dihias sedemikian rupa dengan menggunakan berbagai pernak-pernik. Tempelan pernak-pernik tersebut diambil dari kulit trenggiling, uang logam, kancing, manik-manik, hingga benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib (azimat). Hiasan tersebut bukan tanpa maksud, masyarakat Dayak Ngaju percaya, hiasan yang ada pada Sangkurat bisa melindungi mereka dari pengaruh jahat dan orang lain yang ingin berbuat jahat.
Secara etimologi Sangkurat berasal dari kata Sangka yang berarti pembatas atau penyangga. Selain digunakan ketika berperang, suku Dayak Ngaju juga menjadikan pakaian ini sebagai pakaian kebesaran yang kerap dikenakan dalam berbagai upacara, seperti pernikahan adat misalnya. Masyarakat Dayak Ngaju merasa lebih gagah dengan menggunakan rompi Sangkurat, apalagi mereka percaya bahwa dengan mengenakan Sangkurat, mereka akan terbebas dari segala sesuatu yang bisa membinasakan diri. Karena itu Sangkurat tidak sembarangan ditempatkan. Ia akan mendapat tempat khusus, dirawat secara khusus. [sumber: IndonesiaKaya]