Penelitian Tanaman Obat Tradisional Kalteng Masih Minim
Palangka Raya: Pasar Kahayan Palangka Raya menjadi salah satu lokasi penjualan obat tradisional Dayak Kalimantan Tengah.
Di lapak penjual obat tradisional Kalteng dapat ditemukan akar, batang dan daun tanaman yang telah dikeringkan kemudian dibungkus dalam kemasan kecil.
Penjual Obat Tradisional di Pasar Kahayan Palangka Raya, Jati Utami, mengaku mulai menekuni usaha menjual obat-obatan tradisional khas Dayak setelah viralnya Bajakah.
Menurutnya, sampai sekarang Bajakah merupakan salah satu obat herbal yang paling banyak dibeli konsumen.
“Karena Bajakah tidak hanya untuk tumor, kanker. Banyak khasiat yang lain. Bajakah bermacam-macam. Jenis Bajakah bukan cuma satu,” tutur Jati kepada RRI, Minggu (31/1/2021).
Wanita asal Katingan ini mengatakan, pembeli tanaman obat-obatan khas Dayak hampir dari seluruh Indonesia.
Selain bisa datang langsung ke lapaknya di Pasar Kahayan, Jati juga menawarkan jasa pengiriman ke seluruh Indonesia.
Menurut Jati, tanaman obat-obatan yang dijual membantu mengatasi penyakit kanker, kista, kelenjar getah bening, stroke, asam urat, asam lambung dan lain-lain.
Jati menuturkan ada pelanggan asal Magetan Jawa Timur yang rutin mengonsumsi Bajakah yang diramu dengan campuran lain akhirnya sembuh dari kanker parotis.
Jati mengatakan pengetahuan tentang khasiat tanaman obat yang dijual ia dapatkan dari nenek yang sudah lebih lama menjual obat-obatan tradisional.
Akademisi Universitas Palangka Raya, Titin Apung Atikah, yang berkecimpung di bidang tanaman obat mengatakan Kalteng memiliki banyak potensi tanaman obat, bahkan belum tergali hingga sekarang.
Masyarakat baru mengenal sebagian. Itu, kata dia, seperti bawang Dayak, Bajakah, akar kuning, dan saluang belum.
“Mereka lebih menjelaskan ke arah empiris menjelaskan pengalaman nenek moyang mereka dulu. Kalau kita akademisi bicara berdasarkan penelitian,” kata Titin, dosen yang pernah meneliti Bawang Dayak ini, Minggu (31/1/2021).
Titin mengatakan tanaman obat memang sangat minim efek samping dibandingkan obat-obatan kimia.
Namun ia masih belum dapat menyatakan hal yang sama untuk tanaman obat-obatan yang terdiri puluhan macam kemudian dijadikan satu paket.
Sebab menurutnya, tiap tanaman memiliki kandungan senyawa yang punya sifat masing-masing apabila dicampur dengan tanaman lain belum tentu kadungan senyawa aktifnya dapat bekerja dengan baik.
“Keterbatasan laboratorium di daerah juga menjadi kendala penelitian,” kata Titin. (sumber: RRI.co.id)